SELLERHOLIC
Oleh : Ida Fitri
Apa yang kusentuh harus menjadi
emas. Itu pohon hidup yang kutanamkan dalam pikiran. Akarnya sudah kuat
menjalari seluruh tubuhku. Masuk ke pembuluh darah dan sel.
Ketika tiba musim rambutan, aku
menjelma menjadi tauke rambutan. Keluar masuk kampung mencari pohon rambutan
yang berbuah merah. Kutawarkan harga pada pemiliknya, kemudian orang suruhanku
akan memetiknya.
Aku tak peduli pada tatapan aneh
orang kampung. Anak gadis kok jualan rambutan. Kenapa aku harus peduli? Selama
itu halal. Dan hidup butuh uang.
Kadang aku menjadi pengangsur
baju-baju kepada ibu-ibu di kantor pemerintah. Mereka custumer yang
menjanjikan. Tingal kubilang baju ini cocok untuk badan kurus, dan yang ini
cocok untuk badan gemuk. Warna ini cocok untu yang berkulit gelap. Yang
berkulit terang sebaiknya pakai warna ini. Maka daganganku mereka borong habis.
Kata orang di sekitarku, aku
berbakat dalam menjual produk. Mungkin mereka memang benar. Dari kecil dulu aku
sudah dibiasakan berdagang untuk menambah uang jajan oleh ibu. Mulai menjual
jambu botol ke teman sekolahku sampai membawa daun singkong dari kebun belakang
rumah ke pasar sebelum berangat sekolah.
Sebagai anak gadis yang memiliki
paras tidak jelek-jelek amat, aku juga memiliki seorang kekasih. Radu namanya.
Lelaki berpostur tingi dan berhidung bangir itu adalah teman diskusi yang
sangat menyenangkan. Setiap bertemu pasti kami berdikusi. Topik yang paling
kusukai adalah tentang dunia dagang.
Pada saat dia apel kali ini, kami
pun membicarakan daganganku yang diminati ibu-ibu kantor pemerintahan. Tanpa
sengaja aku menatap wajahnya agak lama. Hidung bangir, alis tebal, bibir berisi
.... Selintas pikiran aneh menggodaku.
"Ada apa kaupandang aku,
Say?"
Aku benar-benar tergoda, kutelan
ludahku sendiri.
"Hidungmu mancung, matamu
indah, dan bibirmu penuh, sungguh ..."
"Kamu mau ciuman ya?"
tanyamu sambil tersenyum sumringah.
"Eng .... eng .... anu."
"Ayo,Say. Katakan saja, jangan
malu."
"Kupikir kalau kamu dijual
pasti laku dengan harga tinggi."
Pacarku, Radu membentur-bentur kepalanya ke tembok. Aku
cengengesan.
END
ya ampun, ini gak ada gambarnya *plak*
BalasHapusgak ngerti cara tarok gambarr :p
Hapus